Minggu, 26 Agustus 2012

Hal Kecil Yang Bermakna Besar


Hanya sekedar informasi, bukan mengejek suatu Agama atau Kepercayaan. Semua kembali lagi pada diri kita masing masing. Karna hanya kita dan Tuhan yang tahu, siapa diri kita dan apa diri kita. (=

Suatu hari, ada seorang Om, bercerita kepada Keponakannya tentang bagaimana dia harus memilih keyakinan dan kepercayaannya. Omnya memang beragama islam, bahkan dia patut dicontoh dengan kedisiplinannya dalam hal beribadah. Dia slalu berusaha untuk melaksanakan ibadah dimanapun dan kapanpun. Tapi, keponakannya justru beragama kristen. Memang kenyataannya mereka bukanlah satu darah. Hanya saling menganggap om dan keponakan. Tapi, mereka berdua sudah selayaknya saudara.
Keponakannya itu sebut saja Gabriele. Sebenarnya, Gabriele masih belum yakin akan agama yang di anutnya. Satu sisi dia dan keluarganya beragama kristen tapi dia tidak menjalankan ibadah yang diwajibkan. Dia ingin pindah agama ke islam tapi diapun masih ragu. Dan dia tetep denagan keadaanya yang masih ngambang karna dia belum memilih kepercayaannya.
Omnya bercerita.
Ada sebuah keluarga kecil yang menganut agama kristen, mereka tinggal dibelakang sebuah Masjid yang ada di dekat rumahnya. Kepala keluarganya itu adalah seorang Pendeta di gerejanya. Walaupun keadaanya seperti itu, mereka bisa saling menghargai. Dan dalam keluarga itu ada seorang anak, berumur sekitar 15 tahun. Karna dia tinggal dibelakang Masjid itu, dalam 1 hari dia bisa mendengarkan Adzan 5 kali. Sang anakpun merasa nyaman dengan suara Adzan itu. Itu membuat sang anak mencari tahu apa sebenarnya agama islam dan memutuskan untuk pindah agama. Hal itu langsung dikatakan kepada ayahnya. satu kali tak dihiraukan oleh ayahnya, begitupun yang kedua kali. Sampai yang ke tiga kalinya, tanpa basa basi sang ayah mengajak anaknya kesebuah pasar. Anaknyapun bingung, karna tidak ada hubungannya semua ini dengan kehendaknya. Berhentilah mereka berdua disebuah toko buah, pemiliknya seorang Haji.  Sang ayahpun bertanya pada pemiliknya, “apakah jeruk ini manis??”. “ohh, tentu saja, jeruk ini sangat manis.” Sang ayahpun membelinya tiga buah. Lalu mereka berjalan lagi kesebuah toko sembako, dan bertanya kepada pemiliknya yang ternyata juga seorang Ustadz. “berapa gula ini sekilo??”, sang pemiliknyapun menjawab “9.000 rupiah”. Sang ayahpun membelinya. Sambil tersenyum memandang anaknya, sang ayah mengajaknya pulang kerumah. Masih dalam keadaan penasaran dan tidak mengerti dangan apa yang dilakukan ayahnyapun, sang anak mengikutinya.
Sesampainya dirumah, sang ayah mengulangi apa yang Ustadz dan Haji itu katakan. Bahwa, jeruk yang dibelinya jeruk yang manis, dan gula yang dibelinyapun sekilo. Tapi pada saat jeruk itu dicoba oleh anaknya, ternyanya jeruk itu sangat asam, bahkan tidak enak untuk dimakan. Tersenyumlah sang ayah. Lalu gula yang dibelinyapun ditimbang kembali. Dan ternyata gula yang dibelinya hanya 8 ons saja. Sang ayahpun berkata kepada anaknya “ini, agama ya kau pilih??”. Sang anak hanya terdiam.

Banyak yang bisa kita ambil dari cerita di atas. Tidak semua yang kita lihat benar. Ketika kau menentukan pilihan, buatlah pilihan itu sesuai dengan sesungguhnya. Semoga bermanfaat, dan ini tidak ada hubungannya dengan SARA atau sejenisnya. Ini adalah pengalaman yang harus kita pelajari dan mungkin akan bermanfaat dalam hidup kita. Tidak ada yang tau, hanya Tuhan yang tau. (=

4 komentar:

  1. keren ..
    ternyata temanku ini jago nulis ya..
    ga nyangka..

    BalasHapus
  2. haha.. makasih deh. (; emang ini siapa dah?? 9;

    BalasHapus
  3. emang iya ya? haha.. jadi malu, kalo dipuji begitu. mending dishare dong ke temen temen kalian. biar mereka bisa baca. hehe..

    BalasHapus