Hanya sekedar informasi, bukan
mengejek suatu Agama atau Kepercayaan. Semua kembali lagi pada diri kita masing
masing. Karna hanya kita dan Tuhan yang tahu, siapa diri kita dan apa diri
kita. (=
Suatu hari, ada seorang Om, bercerita
kepada Keponakannya tentang bagaimana dia harus memilih keyakinan dan
kepercayaannya. Omnya memang beragama islam, bahkan dia patut dicontoh dengan
kedisiplinannya dalam hal beribadah. Dia slalu berusaha untuk melaksanakan
ibadah dimanapun dan kapanpun. Tapi, keponakannya justru beragama kristen. Memang
kenyataannya mereka bukanlah satu darah. Hanya saling menganggap om dan
keponakan. Tapi, mereka berdua sudah selayaknya saudara.
Keponakannya itu sebut saja
Gabriele. Sebenarnya, Gabriele masih belum yakin akan agama yang di anutnya. Satu
sisi dia dan keluarganya beragama kristen tapi dia tidak menjalankan ibadah
yang diwajibkan. Dia ingin pindah agama ke islam tapi diapun masih ragu. Dan dia
tetep denagan keadaanya yang masih ngambang karna dia belum memilih kepercayaannya.
Omnya bercerita.
Ada sebuah keluarga kecil yang
menganut agama kristen, mereka tinggal dibelakang sebuah Masjid yang ada di
dekat rumahnya. Kepala keluarganya itu adalah seorang Pendeta di gerejanya. Walaupun
keadaanya seperti itu, mereka bisa saling menghargai. Dan dalam keluarga itu
ada seorang anak, berumur sekitar 15 tahun. Karna dia tinggal dibelakang Masjid
itu, dalam 1 hari dia bisa mendengarkan Adzan 5 kali. Sang anakpun merasa
nyaman dengan suara Adzan itu. Itu membuat sang anak mencari tahu apa
sebenarnya agama islam dan memutuskan untuk pindah agama. Hal itu langsung
dikatakan kepada ayahnya. satu kali tak dihiraukan oleh ayahnya, begitupun yang
kedua kali. Sampai yang ke tiga kalinya, tanpa basa basi sang ayah mengajak
anaknya kesebuah pasar. Anaknyapun bingung, karna tidak ada hubungannya semua
ini dengan kehendaknya. Berhentilah mereka berdua disebuah toko buah,
pemiliknya seorang Haji. Sang ayahpun
bertanya pada pemiliknya, “apakah jeruk ini manis??”. “ohh, tentu saja, jeruk
ini sangat manis.” Sang ayahpun membelinya tiga buah. Lalu mereka berjalan lagi
kesebuah toko sembako, dan bertanya kepada pemiliknya yang ternyata juga
seorang Ustadz. “berapa gula ini sekilo??”, sang pemiliknyapun menjawab “9.000
rupiah”. Sang ayahpun membelinya. Sambil tersenyum memandang anaknya, sang ayah
mengajaknya pulang kerumah. Masih dalam keadaan penasaran dan tidak mengerti
dangan apa yang dilakukan ayahnyapun, sang anak mengikutinya.
Sesampainya dirumah, sang ayah
mengulangi apa yang Ustadz dan Haji itu katakan. Bahwa, jeruk yang dibelinya
jeruk yang manis, dan gula yang dibelinyapun sekilo. Tapi pada saat jeruk itu
dicoba oleh anaknya, ternyanya jeruk itu sangat asam, bahkan tidak enak untuk
dimakan. Tersenyumlah sang ayah. Lalu gula yang dibelinyapun ditimbang kembali.
Dan ternyata gula yang dibelinya hanya 8 ons saja. Sang ayahpun berkata kepada
anaknya “ini, agama ya kau pilih??”. Sang anak hanya terdiam.
Banyak yang bisa kita ambil dari
cerita di atas. Tidak semua yang kita lihat benar. Ketika kau menentukan
pilihan, buatlah pilihan itu sesuai dengan sesungguhnya. Semoga bermanfaat, dan
ini tidak ada hubungannya dengan SARA atau sejenisnya. Ini adalah pengalaman
yang harus kita pelajari dan mungkin akan bermanfaat dalam hidup kita. Tidak ada
yang tau, hanya Tuhan yang tau. (=
keren ..
BalasHapusternyata temanku ini jago nulis ya..
ga nyangka..
haha.. makasih deh. (; emang ini siapa dah?? 9;
BalasHapusjdi pnulis dja k.. :D
BalasHapusemang iya ya? haha.. jadi malu, kalo dipuji begitu. mending dishare dong ke temen temen kalian. biar mereka bisa baca. hehe..
BalasHapus